Popular Posts

Tulisan ini bertujuan untuk memberikan suatu pengantar singkat tentang Nubuatan Melawan Bangsa-bangsa dengan berfokuskan Yehezkiel 25- 32, serta mencoba untuk memberikan relevansinya bagi kehidupan di Indonesia masa kini, khususnya relasi antara penindasan terhadap orang Kristen dan krisis yang dialami oleh bangsa Indonesia.

DEFINISI DAN FUNGSI NUBUATAN MELAWAN BANGSA-BANGSA

Nubuatan penghukuman atau penghakiman di dalam Alkitab dapat dibedakan menjadi 2 bagian besar, yaitu nubuatan penghukuman terhadap Israel dan nubuatan penghukuman terhadap bangsa non-Israel.

Nubuatan penghukuman terhadap bangsa-bangsa bukan Israel biasanya disebut sebagai nubuatan melawan bangsa-bangsa (Oracles Against Nations atau Propechy Against Foreign Nations atau Prophecy Concerning a Foreign Nation).1

Nubuatan melawan bangsa-bangsa khususnya terdapat dalam kitab para nabi, seperti Obaja, Amos 1-2, Yesaya 13-23, Nahum, Zefanya 2, Yeremia 46-51, Yehezkiel 25-32, dll.

Nubuatan melawan bangsa-bangsa dalam kitab Yehezkiel ini nampaknya dikelompokkan dalam Yehezkiel 25-32, yaitu nubuatan penghakiman kepada bangsa Amon (25:1-7), Moab (25:8-11), Edom (25:12-14, 35:1-15), Filistin (25:15-17), Tirus (27:1-28:19), Sidon (28:20-26) dan Mesir (29:1-32:32). Di luar Yehezkiel 25-32 ada beberapa nubuatan melawan bangsa-bangsa yang dapat ditemukan, seperti nubuatan tentang bangsa Amon (21:28-32) dan Gog (38-39). Terlepas dari beberapa perkecualian ini, nubuatan melawan bangsabangsa ini diletakkan di antara nubuatan penghakiman terhadap Israel dan nubuatan pemulihan Israel.2 Pengelompokan semacam ini mencerminkan keyakinan bahwa pemulihan Israel harus didahului oleh penghakiman atas musuh-musuh Israel.3 Nubuatan melawan bangsa-bangsa ini secara tidak langsung dapat merupakan kata-kata penghiburan bagi bangsa Israel.4

ALASAN PENGHAKIMAN DAN PENGHUKUMAN ALLAH BAGI BANGSA-BANGSA

Penghukuman Allah bagi bangsa-bangsa ini disebabkan oleh dosa-dosa mereka. Namun seringkali juga disebabkan sikap mereka terhadap bangsa Israel sebagai umat pilihan Allah. Yehezkiel 25:3, 6 menyatakan bagaimana sikap bangsa Amon yang mensyukuri kehancuran Bait Allah dan pembuangan bangsa Yehuda menjadi alasan penghukuman Allah bagi Amon.5 Moab dihakimi karena meniadakan kekhususan bangsa Yehuda sebagai umat pilihan (Yeh. 25:8).6


Edom dihakimi karena melampiaskan dendam kesumat kepada Yehuda (Yeh. 25:12). Filistin dihakimi karena balas dendamnya dan kegembiraannya atas kecelakaan Israel (Yeh. 25:15). Begitu juga Tirus, salah satu penyebab ia dihakimi adalah karena kegembiraannya atas kehancuran Yerusalem (Yeh. 26:2). Sidon dihakimi karena menghina Israel (Yeh. 28:24). Sedangkan alasan penghakiman terhadap Mesir agak berbeda. Dalam kaitan dengan Israel, Mesir dihakimi Allah karena Israel - yang meninggalkan Allah - menjadikannya sebagai tempat berpaling untuk mencari pertolongan (Yeh. 29:6-7, 16). Tindakan Allah menghakimi dan menghukum bangsa-bangsa menimbulkan kesan kekhususan bangsa Israel sebagai umat pilihan di mata Allah.


Memang tidak dapat dipungkiri adanya status khusus bangsa Israel sebagai umat pilihan Allah.7 Hal ini dapat dilihat dalam kaitan janji Allah kepada Abraham dalam Kejadian 12:3. Di sini tampak bagaimana sikap seseorang kepada Abraham mempengaruhi sikap Allah kepada orang itu. Allah memberkati orang-orang yang memberkati Abraham dan mengutuk orangorang yang mengutuk Abraham. Hal yang sama dapat diterapkan pada bangsa Israel sebagai keturunan Abraham.

Salah satu ungkapan yang menunjukkan kekhususan Israel bagi Allah adalah Israel diibaratkan sebagai biji mata Allah. Dalam nyanyiannya, Musa menggambarkan umat Israel sebagai biji mata Allah, yang tentunya akan dijaga Allah dengan seksama. Kitab Zakharia menyatakan hal yang senada, yaitu kalau ada bangsa lain menjamah Israel berarti mereka menjamah biji mata Allah (Zakh. 2:8). Berdasarkan konsep adanya kekhususan umat Israel di mata Allah tentu tidaklah mengherankan jikalau Allah tidak membiarkan bangsabangsa yang bersikap tidak tepat kepada bangsa Israel.

Terlepas dari status khusus bangsa Israel, Allah juga berhak untuk menghukum bangsa-bangsa itu, sikap mereka kepada bangsa Israel yang sebenarnya telah melanggar norma moral umum. Kemalangan dan hukuman yang harus ditanggung oleh bangsa Israel, tidak harus menjadi sesuatu yang patut untuk menjadi bahan tertawaan atau kesempatan untuk makin menindas Israel.

Di atas semua alasan, alasan yang terutama Allah menghukum bangsabangsa ini adalah untuk menyatakan kedaulatan-Nya atas seluruh bangsa di dunia. Hal ini dapat dilihat dari ungkapan “..... kamu akan mengetahui bahwa Akulah TUHAN” (Yeh. 25:5, 7, 11, 14, 17; 28:26; 29:6, 9, 16, 21; 30:19). Ungkapan ini biasanya disebut sebagai formula pengakuan (Recognition Formula), yang digunakan untuk mengungkapkan alasan dari tindakan Allah.8 Dalam kaitan dengan hal ini Eichrodt menulis sebagai berikut: He (the prophet) holds unshakeably to his belief that Yahweh has set up his royalship over the whole world, and promises that it will be magnificently vindicated when God intervenes also in what happens to the heathen who oppose and despise him ..... But he is already indicating that this is the object of what he does with the heathen, when he ends his message with an announcement of this ultimate aim: And you shall know that I am Yahweh.9

Kedaulatan Allah ini tidak hanya secara nyata terbatas untuk bangsa Israel sebagai umat pilihan-Nya, tetapi juga berlaku untuk bangsa-bangsa lain, karena mereka adalah umat yang diciptakan-Nya. Sebagai umat ciptaan Allah, bangsa-bangsa ini pun harus tunduk kepada norma-norma Allah. Pelanggaran kepada norma-norma ini dapat dijadikan dasar bagi penghakiman dan penghukuman Allah.

RELEVANSINYA BAGI ORANG KRISTEN DI INDONESIA

Sejarah kekristenan di Indonesia tidak lepas dari masa-masa sulit. Apalagi dengan semakin seringnya peristiwa pengrusakan, perampokan dan pembakaran gereja-gereja dalam beberapa tahun terakhir ini. Tidak jarang orang Kristen mengalami perasaan kurang aman. Terhimpitnya kehidupan kekristenan di

negara ini merupakan suatu perasaan yang dialami oleh banyak orang Kristen, walaupun mungkin hal-hal ini seringkali tidak diakui oleh kelompok-kelompok lain.

Hal-hal di atas menimbulkan pertanyaan-pertanyaan seperti: Apakah Allah menutup mata terhadap apa yang dialami oleh umat Kristen? Apakah Allah menghakimi orang-orang yang menindas umat-Nya? Di mana kedaulatan Allah atas dunia yang diciptakan-Nya ini?

Berdasarkan apa yang telah dipelajari tentang nubuatan melawan bangsabangsa, maka seseorang dapat memastikan bahwa Allah pasti tidak akan menutup mata-Nya atas segala penindasan yang dialami oleh umat Kristen yang adalah umat-Nya. Allah pasti akan menghakimi dan menyatakan penghukuman-Nya.

Memang pada masa kini tidaklah mudah bagi seseorang untuk menyimpulkan bahwa suatu peristiwa yang terjadi merupakan tindakan Allah secara nyata dan langsung, tetapi tidakkah seseorang dapat berpendapat bahwa kesulitan demi kesulitan yang dialami bangsa Indonesia merupakan wujud peringatan, bahkan penghakiman Tuhan atas kekerasan dan penindasan yang terjadi, khususnya di antara orang Kristen dan gereja?10

Kalau memang krisis dan kesulitan merupakan wujud penghakiman dan penghukuman Tuhan, maka solusi utama atas krisis yang terjadi adalah pertobatan dan penghentian tindakan kekerasan dan penindasan. Ini merupakan langkah awal dan mendasar yang tidak dapat digantikan oleh langkah-langkah lainnya, seperti perbaikan kebijaksanaan perbankan, menggalakkan usahausaha kecil, meningkatkan ekspor, dll.

Makna nubuatan melawan bangsa-bangsa bagi bangsa Israel dan orang Kristen masa kini ada perbedaan. Bagi bangsa Israel nubuatan ini merupakan bagian awal dari janji pemulihan Allah dan penyataan kedaulatan Allah atas bangsabangsa.

Bagian ini secara tidak langsung merupakan kata-kata penghiburan bagi mereka. Sedangkan bagi orang Kristen masa kini, nubuatan ini lebih merupakan wujud penyataan keadilan dan kedaulatan Allah. Orang Kristen tidak dapat menganggap bagian ini merupakan kata-kata penghiburan, karena dampak penghakiman itu juga dirasakan oleh orang Kristen. Orang Kristen di Indonesia tidak dibenarkan untuk mensyukuri kesulitan-kesulitan yang dialami oleh bangsanya, tetapi justru harus mendoakan bangsa ini, agar orang-orang yang melakukan kekerasan dan penindasan sungguh bertobat dan tidak mengeraskan hati mereka untuk semakin melakukan kekerasan dan penindasan.

Orang Kristen di Indonesia perlu juga berdoa dan berupaya, agar pemerintah Indonesia tidak membiarkan kekerasan dan penindasan berlangsung terusmenerus di bumi Indonesia. Panggilan untuk tobat nasional merupakan panggilan yang dibutuhkan oleh bangsa Indonesia pada masa kini. Tobat nasional bukanlah suatu momen untuk ditunggangi oleh ambisi-ambisi politis kelompok-kelompok tertentu, tetapi biarlah tobat nasional merupakan sesuatu yang lahir dari sanubari yang terdalam. Kiranya Allah Yang Mahakuasa itu sungguh-sungguh mengasihani dan memulihkan bangsa dan negara Indonesia, sehingga penderitaan yang terjadi tidak akan berlarut-larut.

1 Ronald M. Hals, “Ezekiel”, The Forms of the Old Testament Literature, vol. XIX, ed. Roft P. Knierim and Gene M. Tucker, Grand Rapids: William B. Eerdmans Publishing Company, 1989, p. 351; Lawrence Boadt, “Ezekiel’s Oracles Against Egypt. A Literary and Philological Study of Ezekiel 29-32”, Biblica et Orientalia 37, Rome: Biblical Institute Press, 1980, p. 7; Moshe Greenberg, Ezekiel 1-20”, The Anchor Bible 22, New York: Doubleday, 1983, p. 17.

2 Secara umum kitab Yehezkiel dapat dibagi dalam 3 bagian besar, yaitu: a. Nubuatan Penghakiman Kepada Israel (1-24) b. Nubuatan Melawan Bangsa-bangsa (25-32) c. Nubuatan Pemulihan Israel (33-48) 17 – 22 Hals, “Ezekiel”, p. 3; Walther Eichrodt, “Ezekiel”, The Old Testament Library, Philadelphia: The Westminster Press, 1970, p. 21; G.A. Cooke, “The Book of Ezekiel”, The International Critical Commentary, Edinburgh: T & T Clark, 1985, p. 1. Dalam kitab Yesaya dan Zefanya juga ditemukan pola yang sama, begitu juga dalam kitab Yeremia, kalau didasarkan atas Septuaginta (Walther Zimmerli, Ezekiel, 2, Philadelphia: Fortress Press, 1983, p. 3).

3 F. L. Moriaty, “The Lament Over Tyre (Ez. 27)”, Greogrianum, XLVI, 1, 1965, p. 83.

4 Boadt, “Ezekiel’s Oracles”, p. 7.

5 Dalam kaitan dengan hal ini Zimmerli menulis sbb: “However, it not only anger at the humanly odious attitude towards the defeated that finds expression in the exposition of the proof-oracle. In the threefold description of the defeated, Yahweh names his sanctuary as the first object of the Ammonites scorn. Thus, what is odious from the human point of view becomes abuse of sanctuary. Instead of being terrified at the unheard of fact of the profanation of the holy place in Jerusalem and recognizing in that fact Yahweh’s burning righteous anger, Ammon laughs, thereby despising the holy one himself, as she does also in her mockery over the devastated “land of Israel” and the exiled “house of Judah”, the latter mentioned by its political name as the representative of “Israel” (Zimmerli, Ezekiel, 2, p. 13).

6 Eichrodt, “Ezekiel”, p. 360.

7 Status khusus bangsa Israel harus dilihat dalam kaitannya dengan misi Allah melalui bangsa ini. Hal yang senada juga dapat dilihat dalam kehidupan orang-orang yang dipanggil Allah untuk suatu misi tertentu, seperti Abraham, Daud, Elia, dll.

8 Bandingkan Hals, “Ezekiel”, p. 362.

9 Eichrodt, “Ezekiel”, p. 359.

10 Penulis sengaja tidak mengaplikasikan bagian ini dalam kaitan dengan penindasan dan kekerasan yang dialami oleh orang-orang Tionghoa, karena hal ini lebih cocok dibahas dalam kaitan dengan pandangan Alkitabiah terhadap orang asing.


Sia Kok Sin (1998)

GKT News