Popular Posts

Dalam Segala Hal

Efesus 4:15
tetapi dengan teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala.

Instead, speaking the truth in love, we will in all things grow up into him who is the Head, that is, Christ. NIV

God wants us to grow up, to know the whole truth and tell it in love — like Christ in everything. We take our lead from Christ, who is the source of everything we do.
(from THE MESSAGE: The Bible in Contemporary Language © 2002 by Eugene H. Peterson. All rights reserved.)

but speaking the truth in love, we are to grow up in all aspects into Him, who is the head, even Christ, NASB

Frase “ di dalam segala hal ” menggunakan kata “panta” artinya: “segala sesuatu” Segala sesuatu yang bukan tidak ada batasnya, tetapi yang dibatasi di dalam Dia sebagai kepala. Penekanan dalam teks ini pada bertumbuh di dalam Tuhan, penekanan itu juga terlihat dari penggunaan kata kebenaran dengan kata “aleitheia” bukan dengan kata “dikaiosune”

Dalam bahasa Yunani, ada 2 kata yang diterjemahkan “kebenaran”. Pertama adalah “aletheia” (truth) yang berarti hakekat/esensi dan sumber kebenaran. Kata kedua yang biasa diterjemahkan “kebenaran” adalah “dikaiosune” (righteous), artinya “benar.” Kata “dikaiosune” selalu dipakai dalam konteks relasi manusia dengan Allah, yang artinya, manusia yang dinyatakan benar di hadapan Allah.

Artinya apa ?

Pertumbuhan rohani memiliki kualifikasi atau standard yang jelas, yaitu Kebenaran, bukan yang lain; bukan perasaan, bukan pengalaman atau yang lain. Pertumbuhan rohani memiliki kemiripan dengan pertumbuhan fisik manusia; ada proses kelahiran, masa kanak-kanak, dan dewasa.

Itulah yang dikatakan dalam ayat 14:
“sehingga kita bukan lagi anak-anak, yang diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran, oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan.”

Ayat ini tidak bermaksud untuk mengatakan, bahwa kondisi sebagai anak-anak dalam rohani adalah jelek, tetapi fase menjadi anak itu harus dan ada masanya.


Anak anak ketika ingin mengenal sesuatu, belum mampu dengan akal budinya, tetapi baru bisa dengan indera perasa, sehingga apapun yang dia pegang, hampir selalu dimasukkan dalam mulutnya.

Fase ini secara rohani juga harus dilewati oleh seorang Kristen; fase merasakan Tuhan melalui doa yang sering dijawab (seperti orangtua dengan anak balitanyanya). Fase merasakan mengalami banyak hal yang ajaib (surprise), fase tersentuh dengan hal-hal yang dramatis dan sesuai dengan hati, dll.

Tetapi fase ini juga memiliki sisi bahaya karena pada fase ini sisi keakuannya juga besar. Seorang Kristen yang masih kanak-kanak secara rohani mirip dengan kondisi ini.

Satu sisi, penuh dengan antusiasme (anak-anak itu kalau main hatinya penuh dengan semangat); orang Kristen yang baru bertobat-kanak kanak juga sangat antusias dengan hal-hal rohani, tetapi pada sisi lain keakuannya juga besar; doanya minta terus dijawab, apa yang menjadi idenya harus didengar dan dilakukan bersama (merasa itu yang paling betul), apa yang menjadi keinginannya harus dipenuhi kalau tidak dipenuhi, dia anggap orang lain belum bertobat seperti dirinya.

Untuk itulah, mengapa orang-orang yang baru bertobat dan masih kanak-kanak dalam rohaninya, sebaiknya tidak dulu menjadi pengurus gereja atau majelis. Benar, bahwa mereka itu punya semangat tetapi kharakternya belum matang!

ayat 14:
“sehingga kita bukan lagi anak-anak, yang diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran, oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan.”

Fase kanak kanak secara rohani adalah fase yang sangat mudah untuk ditipu oleh hal-hal yang dari luar, terutama kalau itu sangat pas dengan hatinya. Sesuatu yang pas dengan hati, tidak selalu sesuai dengan kebenaran di dalamnya.

Masalah terbesar pada fase kanak-kanak adalah memiliki kecenderungan yang sangat besar untuk hanya menggunakan perasaannya saja dalam menilai sesuatu, bukan menggunakan kebenaran! Yang dirasa enak, nyaman, dan menyentuh, dianggap sebagai kebenaran (aletheia).

Saya sering meneteskan air mata, dan sangat tersentuh dengan hal-hal yang mengekspos penderitaan manusia. Lihat program bedah rumah di TV, saya meneteskan air mata.
Lihat orang sakit, dibantu oleh seorang yang punya hati, saya meneteskan air mata. Saya sangat suka dan sangat menikmati konser di DVD yang dibawakan dengan sangat baik misalnya: andrea buchelli.

Hal itulah yang juga terjadi dalam hidup orang Kristen; banyak yang tersentuh dengan kesaksian, dan khotbah, merasa Tuhan hadir dan mengingatkan dia. Banyak yang merasa Tuhan hadir dalam hidupnya saat pemain musik dan liturgosnya bagus dalam pelayanannya. Tetapi, pertanyaannya adalah “Seberapa banyak yang merasa, Tuhan juga hadir dalam kebangkrutan, dalam rumah tangga yang kacau, dalam keadaan sakit berat, dalam keadaan di tinggal pasangan dalam ibadah yang kadang liturgos dan pengkhotbahnya gak enak menurut kita ?
Tuhan mau kita bertumbuh, tidak hanya sisi rasa saja yang berkembang, tetapi juga akal budi kita dalam mengasihi Tuhan.

Ayat 13,
Sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus,

Ayat 15:
tetapi dengan teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih, kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala.

Bagian ini mengungkapkan, seorang Kristen harus merasa dan mengecap kebaikan Tuhan, tetapi ia juga harus bisa membedakan dengan baik, apa yang menjadi kehendak Tuhan, yang benar dan yang sempurna. (Roma 12:2)

Seorang Kristen harus bertumbuh dalam memahami Firman Tuhan, karena disitulah banyak diungkapkan betapa hidup kita harus didasarkan pada yang pasti : Firman Tuhan (Kebenaran), bukan hanya pada perasaan nyaman, perasaan tersentuh, dan hal-hal yang hanya bersifat emosional.

Refleksi:
Jika Tuhan melihat kita, seperti apakah kondisi rohani kita ? Kanak-kanak atau sudah bertumbuh dewasa ?


100407_I_Hadi Sugianto Lie

GKT News