Popular Posts

Prinsip Keseimbangan


Kejadian 2:2
Ketika Allah pada hari ketujuh telah menyelesaikan pekerjaan yang dibuat-Nya itu, berhentilah Ia pada hari ketujuh dari segala pekerjaan yang telah dibuat-Nya.

So on the seventh day, having finished his task, God ceased from this work he had been doing, (TLB)

And on the seventh day God ended his work which he had made; and he rested on the seventh day from all his work which he had made. (KJV)

Dikisahkan, suatu hari ada seorang anak muda yang tengah menanjak karirnya tapi merasa hidupnya tidak bahagia. Istrinya sering mengomel karena merasa keluarga tidak lagi mendapat waktu dan perhatian yang cukup dari si suami. Orang tua dan keluarga besar, bahkan menganggapnya sombong dan tidak lagi peduli kepada keluarga besar. Tuntutan pekerjaan membuatnya kehilangan waktu untuk keluarga, teman-teman lama, bahkan saat merenung bagi dirinya sendiri.

Hingga suatu hari, karena ada masalah, si pemuda harus mendatangi salah seorang petinggi perusahaan di rumahnya. Setibanya di sana, dia sempat terpukau saat melewati taman yang tertata rapi dan begitu indah.
"Hai anak muda. Tunggulah di dalam. Masih ada beberapa hal yang harus Bapak selesaikan," seru tuan rumah. Bukannya masuk, si pemuda menghampiri dan bertanya, "Maaf, Pak. Bagaimana Bapak bisa merawat taman yang begitu indah sambil tetap bekerja dan bisa membuat keputusan-keputusan hebat di perusahaan kita?"

Tanpa mengalihkan perhatian dari pekerjaan yang sedang dikerjakan, si bapak menjawab ramah, "Anak muda, mau lihat keindahan yang lain? Kamu boleh kelilingi rumah ini. Tetapi, sambil berkeliling, bawalah mangkok susu ini. Jangan tumpah ya. Setelah itu kembalilah kemari".

Dengan sedikit heran, namun senang hati, diikutinya perintah itu. Tak lama kemudian, dia kembali dengan lega karena mangkok susu tidak tumpah sedikit pun. Si bapak bertanya, "Anak muda. Kamu sudah lihat koleksi batu-batuanku? Atau bertemu dengan burung kesayanganku?"
Sambil tersipu malu, si pemuda menjawab, "Maaf Pak, saya belum melihat apa pun karena konsentrasi saya pada mangkok susu ini. Baiklah, saya akan pergi melihatnya."
Saat kembali lagi dari mengelilingi rumah, dengan nada gembira dan kagum dia berkata, "Rumah Bapak sungguh indah sekali, asri, dan nyaman." tanpa diminta, dia menceritakan apa saja yang telah dilihatnya. Si Bapak mendengar sambil tersenyum puas sambil mata tuanya melirik susu di dalam mangkok yang hampir habis.

Menyadari lirikan si bapak ke arah mangkoknya, si pemuda berkata, "Maaf Pak, keasyikan menikmati indahnya rumah Bapak, susunya tumpah semua".
"Hahaha! Anak muda. Apa yang kita pelajari hari ini? Jika susu di mangkok itu utuh, maka rumahku yang indah tidak tampak olehmu. Jika rumahku terlihat indah di matamu, maka susunya tumpah semua. Sama seperti itulah kehidupan, harus seimbang. Seimbang menjaga agar susu tidak tumpah sekaligus rumah ini juga indah di matamu. Seimbang membagi waktu untuk pekerjaan dan keluarga. Semua kembali ke kita, bagaimana membagi dan memanfaatkannya. Jika kita mampu menyeimbangkan dengan bijak, maka pasti kehidupan kita akan harmonis".

Seketika itu si pemuda tersenyum gembira, "Terima kasih, Pak. Tidak diduga saya telah menemukan jawaban kegelisahan saya selama ini. Sekarang saya tahu, kenapa orang-orang menjuluki Bapak sebagai orang yang bijak dan baik hati".

Etimologi.Kata shabbat dalam bahasa Ibrani berasal dari kata kerja shabat, dalam bahasa yang sama, yang secara harafiah berarti "berhenti", atau shev yang berarti "duduk". Meskipun shabbat hampir secara universal diterjemahkan "istirahat" atau suatu "masa istirahat", terjemahan yang lebih harafiah adalah "berhenti", dengan implikasi "berhenti dari melakukan pekerjaan". Jadi Sabat adalah hari untuk orang berhenti bekerja, dengan implikasinya beristirahat. Kata Ibrani untuk melakukan "mogok", misalnya, shevita, berasal dari akar kata Ibrani yang sama dengan shabbat, dan mengandung implikasi yang sama, yaitu bahwa para buruh yang mogok secara aktif berhenti melakukan pekerjaan, dan bukan secara pasif "beristirahat".

Kebetulan, hal ini menjelaskan pertanyaan teologis yang sering diajukan tentang mengapa Allah perlu "beristirahat" pada hari yang ketujuh dalam penciptaan, seperti yang dikisahkan dalam Kitab Kejadian. Bila dipahami bahwa Allah "berhenti" bekerja dan bukannya "beristirahat" dari kerjanya, penggunaan ini lebih konsisten dengan pandangan Alkitab tentang Allah yang mahakuasa yang tidak membutuhakn "istirahat". Namun demikian, artikel ini akan mengikuti terjemahan yang jauh lebih umum tentang sabat sebagai "istirahat".

Kebingunan linguistik yang lazim menyebabkan banyak orang percaya bahwa kata itu berarti "hari ketujuh." Meskipun akar kata untuk "tujuh", atau "sheva", sama dengan ucapannya, tulisannya berbeda.

Perayaan Sabat disebutkan beberapa kali di dalam Torah, terutama sebagai perintah keempat dari Sepuluh Perintah Allah (Keluaran 20:8-11 dan Ulangan 5:12-15). Contoh-contoh lainnya adalah Keluaran 31:12-17 dan 35:2-3, Imamat 19:3 dan 30, 23:3 dan Bilangan 28:9-10 (Korban). Sabat diacu secara langsung oleh para nabi Yesaya (56:4,6) dan Yehezkiel (ps. 20, 22, 23) dan Nehemiah 9:14, selain sejumlah rujukan lainnya dalam Alkitab Ibrani.

Perayaan Sabbath
Sabat adalah hari perayaan dan salah satu hari beribadah. Pada hari Sabat orang Yahudi menyajikan makanan yang berlimpah sebanyak tiga kali setelah kebaktian di sinagoga selesai: pada Jumat malam, Sabtu tengah hari, dan Sabtu sore sebelum Sabat berakhir. Lebih banyak orang Yahudi yang berusaha menghadiri kebaktian di sinagoga pada hari Sabat, meskipun pada hari-hari lainnya mungkin tidak.

Kecuali Yom Kippur (karena hari itu bukanlah hari yang menyedihkan, melainkan hari raya yang besar), hari-hari puasa umum ditunda atau dimajukan sehari bila jatuhnya bersamaan pada hari Sabat, dan orang-orang berduka yang menjalani Shivah dari luarnya berusaha tampil biasa saja selama hari Sabat. Mereka bahkan dilarang memperlihatkan tanda-tanda kedukaan di depan umum.

Menurut sastra rabinik, orang Yahudi diperintahkan Allah untuk merayakan (menghindari kegiatan yang dilarang) dan mengingat (dengan kata-kata, pikiran, dan tindakan) Sabat. Kedua tindakan ini dilambangkan oleh penyalaan dua batang lilin pada akhir Jumat sore (tidak kurang dari 18 menit sebelum matahari tenggelam pada hari Jumat) oleh kaum perempuan Yahudi, biasanya ibu/istri.
Meskipun kebanyakan hukum Sabat bersifat melarang, hukum keempat dari Sepuluh Perintah Tuhan dalam Kitab Keluaran diambil oleh Talmud untuk mengacu kepada aspek-aspek yang positif dari Sabat. Hal itu antara lain adalah:

• Pengucapan kiddush pada secawan anggur kosher sebelum makan untuk menghormati hari itu di malam hari dan pagi hari, sambil menekankan kekudusan harinya (lihat Daftar Doa-doa Ibrani);
• Tiga kali makan dengan penuh sukacita yang minimal meliputi roti (potongan roti challah yang tradisional) dan daging (menurut kebanyakan pandangan tradisional).
• Mempelajari Torah (lihat bawah);
• Mengucapkan Havdalah pada berakhirnya Sabat pada Sabtu malam (diucapkan pada secawan anggur, dengan rempah-rempah yang harum, dan lilin).

Hukum Yahudi melarang penganutnya melakukan segala bentuk melachah ("kerja", plural "melachot") pada hari Sabat. Melachah tidak sama artinya dengan definisi "kerja" dalam bahasa lain. Artinya pun tidak sama dengan definisi istilahnya sebagaimana dipergunakan dalam fisika. Kata ini mengacu kepada 39 kategori aktivitas yang dilarang oleh Talmud dilakukan oleh orang Yahudi pada hari Sabat; ke-39 kategori ini disimpulkan secara eksegetis (berdasarkan perbandingan terhadap ayat-ayat Alkitab yang sepadan) dari jenis-jenis pekerjaan yang perlu untuk membangun Kemah Suci. Banyak ahli agama yang telah menunjukkan bahwa semua kegiatan ini mempunyai kesamaan - semua aktivitas ini bersifat "kreatif", atau kegiatan yang mengandung kontrol atau kuasa terhadap lingkungan seseorang.

Ke- 39 Kegiatan Yang Dilarang
Berdasarkan Traktat Sabat Mishnah 7:2, ke-39 kegiatan yang dilarang itu adalah:
1. Menabur;
2. Membajak;
3. Menuai;
4. Mengikat berkas gandum;
5. Threshing (menampi)
6. Menampi;
7. Memilih;
8. Mengasah;
9. Memilah;
10. Membuat roti;
11. Menggunting wol;
12. Mencuci wol;
13. Memukuli wol;
14. Mewarnai wol;
15. Memintal;
16. Menenun;
17. Making two loops;
18. Menenun dua lembar benang;
19. Memisahkan dua lembar benang;
20. Mengikat;
21. Melepaskan ikatan;
22. Menjahit robekan;
23. Merobek;
24. Menjerat;
25. Memotong hewan;
26. Flaying;
27. Mewarnai kulit binatang;
28. Scraping hide;
29. Menandai kulit binatang;
30. Memotong kulit hingga menjadi bentuk tertentu;
31. Menulis dua atau lebih huruf;
32. Menghapus dua atau lebih huruf;
33. Membangun;
34. Meruntuhkan bangunan;
35. Mematikan api;
36. Menyalakan api;
37. Memberikan sentuhan terakhir pada sebuah benda;
38. Memindahkan benda dari tempat pribadi ke tempat umum, atau sejauh 4 hasta dalam batas tempat umum;
39. Kneading .

Banyak orang Yahudi Ortodoks menghindari larangan "membawa" dengan membuat kunci pada bagian dari ikat pinggang mereka.
Kegiatan Yang Diijinkan
Kegiatan-kegiatan berikut ini dianjurkan dilakukan pada hari Sabat:
• Merayakan Sabat bersama-sama dengan keluarga dekat;
• Pergi ke sinagoga untuk berdoa;
• Mengunjungi keluarga dan teman (dalam jarak yang dapat dijangkau dengan berjalan kaki);
• Menerima tamu (hachnasat orchim, "keramah-tamahan");
• Menyanyikan zemirot nyanyian-nyanyian khusus untuk makan Sabat (biasanya dinyanyikan pada saat atau setelah makan).
• Membaca, mempelajari, dan mendiskusikan Torah dan tafsirannya, Mishnah dan Talmud, mempelajari Halakha dan Midrash.
• Berhubungan seksual dengan suami atau istri, khususnya pada Jumat malam. (Shulchan Aruch menggambarkan hal ini sebagai "mitzvah ganda," karena menggabungkan prokreasi dengan sukacita Sabat, dan keduanya dianggap diperintahkan oleh Torah.)
• Menurut para rabi Reform, segala sesuatu yang meningkatkan sukacita Sabat sebagai hari yang khusus dan rohani sangat dianjurkan.[1]

Lima cara hidup seimbang.

Tarik garis pemisah tegas antara kerja dan rumah
“Kemampuan Anda melakukan sebuah pekerjaan dengan baik di kantor tergantung apakah Anda memiliki kehidupan pribadi yang dapat menyegarkan Anda,” ujar seorang psikologis social, Jane Adams. Maksudnya adalah, biarkan masalah kantor berada di kantor ketika Anda meninggalkan kantor. Tarik garis pemisah antara masalah kantor dengan kehidupan pribadi Anda. Lakukan ini setiap Anda meninggalkan kantor atau pada hari Jumat.

Tinggalkan multitask di kantor
Demi menjaga kompetensi Anda secara professional, keahlian multitask (melakukan beberapa pekerjaan sekaligus) sangat diperlukan. Namun tanpa sadar kebiasaan ini tetap Anda bawa pulang. Kebiasaan hidup dengan multitask membuat tubuh Anda letih meski Anda tidak merasakannya. Untuk menyeimbangkannya, pilih satu pekerjaan yang bisa Anda sambil di waktu istirahat Anda. Dengan begitu stamina Anda tidak terforsir dan Anda dapat mengontrol diri Anda siang dan malam.

Bertemu orang lain di luar lingkungan kerja
Untuk memiliki kehidupan yang seimbang, perluasan pergaulan Anda dengan bertemu orang-orang baru diluar orang-orang yang biasa bekerja dengan Anda. Jika tidak, Anda akan selalu merasa terkukung dengan masalah kantor dan tuntutan pekerjaan. Caranya: bergabung dengan kelas seni, yoga. Atau jika tidak bisa beranjak dari meja, coba browsing beberapa situs yang menawarkan kesempatan untuk bertemu orang-orang baru.

Batasi perbincangan mengenai pekerjaan
Siapa yang tidak stres jika Anda terus menerus membicarakan tentang pekerjaan, pekerjaan dan pekerjaan. Jika dikantor Anda merasa suntuk, ambil 10 menit setiap beberapa jam untuk bersantai dan membicarakan topik lain selain pekerjaan untuk menyegarkan pikiran Anda.

Jadikan rumah adalah sanatorium Anda
Jadikan rumah Anda sebagai pelarian Anda dari segala kepenatan di kantor. Caranya, selain tidak membawa pekerjaan ke rumah, lakukan hal lain seperti melukis, membuat CD kompilasi, membuat sebuah project renovasi rumah atau mencoba resep baru. Satu hal yang perlu diingat: Anda harus menikmati setiap detik aktivitas tersebut.



100421_Hadi Sugianto_(Komisi Pria Akwila, GKMI Sdrj)

GKT News