II Korintus 4:7
Tetapi harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami.
We now have this light shining in our hearts, but we ourselves are like fragile clay jars containing this great treasure. This makes it clear that our great power is from God, not from ourselves.
Holy Bible, New Living Translation ®, copyright © 1996, 2004 by Tyndale Charitable Trust. Used by permission of Tyndale House Publishers. All rights reserved.
Yoshua adalah seorang penasehat raja yang sangat bijaksana. Namun wajahnya sangat buruk. Suatu hari, anak perempuan raja, yang sangat iri karena Yoshua mendapat lebih banyak perhatian dari ayahnya daripada dia, mencoba menghina dia. Maka dengan mengejek, gadis itu bertanya kepadanya, "Jika engkau memang bijaksana, tolong beritahu saya mengapa Allah memilih menyimpan begitu banyak kebijaksanaan di dalam diri manusia yang adalah bejana tanah liat yang sedemikian sederhana." Yoshua kemudian bertanya kepadanya, "Apakah ayahmu mempunyai anggur?"
"Saya kira setiap orang di dunia tahu bahwa ayah saya memiliki banyak anggur terbaik. Betapa bodohnya pertanyaan itu?"
"Tapi di mana dia menyimpan anggurnya?" tanya Yoshua.
"Lho? Tentu saja di bejana tanah liat," jawab gadis itu dengan cepat.
"Tanah liat ?" Yoshua tertawa terbahak-bahak sampai gadis itu berteriak kepadanya dengan marah.
"Maaf, " kata Yoshua, "tapi saya terkejut bahwa orang seagung ayahmu menggunakan bahan yang sederhana itu. Petani pun menyimpan anggurnya di bejana tanah liat. Saya harap anggur istana disimpan di dalam sesuatu yang lebih istimewa, seperti bejana perak atau emas." Dia membungkuk dan meninggalkan perempuan muda itu.
Dengan cepat, putri raja itu pergi ke tempat penyimpanan anggur dan memberi tahu pelayan agar memindahkan anggur itu ke dalam bejana emas atau perak. Tak lama sesudah itu, raja menjamu banyak orang dan memberikan anggur terbaiknya. Para tamu itu menghirup anggur dan wajah mereka berkerut. Anggur itu telah terasa asam. Raja menjadi sangat marah dan memanggil pelayannya untuk meminta penjelasan, yang segera didapatnya. Putri raja segera mendapat teguran keras.
Setelah perjamuan itu, putri raja pergi ke kamar Yoshua dan berteriak, "Mengapa engkau menipu saya sehingga saya memindahkan anggur dari bejana tanah liat ke dalam bejana perak dan emas."
"Saya sungguh menyesal nak," kata Yoshua, "tapi mungkin engkau mulai bisa mengerti sekarang mengapa Allah lebih suka meletakkan kebijaksanaannya di dalam tempat-tempat yang sederhana.
Kebijaksanaan itu seperti anggur, disimpan di dalam bejana sederhana."
Diceritakan bahwa Kekaisaran Romawi membutuhkan banyak minyak zaitun. Minyak ini dipakai untuk memasak, mandi, pengobatan, beragam upacara, sumber penerangan, dan kosmetik. Selama puluhan tahun, minyak zaitun dari Spanyol selatan dikirim dengan kapal ke Roma di dalam bejana-bejana tanah liat besar yang disebut amphorae. Bejana-bejana ini, yang tidak berharga untuk dikirim kembali ke Spanyol, dibuang menjadi timbunan pecahan-pecahan bejana yang terus menumpuk yang disebut Monte Testaccio. Diperkirakan ada 25 juta pecahan amphorae yang membentuk bukit buatan, yang masih berdiri sampai sekarang di tepi Sungai Tiber di Roma. Di dunia kuno, bejana-bejana tersebut bukan dinilai karena keindahan bentuknya, tetapi karena isinya.
Oleh sebab itu, para pengikut Kristus di abad permulaan dapat memahami dengan jelas perumpamaan yang diberikan oleh Paulus tentang bagaimana Yesus hidup di dalam diri setiap orang beriman. “Tetapi harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami” (2 Kor. 4:7).
Bejana tanah liat adalah symbol sesuatu yang lemah dan tidak berharga dibanding dengan perak atau emas.
Tetapi, justru dalam bejana tanah liatlah TUHAN mau menyimpan harta rohani-Nya. Manusia diciptakan dari debu tanah, itu berarti secara materi semua manusia diciptakan dari materi yang sama. Tetapi tidak semua bejana tanah liat dipakai oleh TUHAN untuk menyimpan harta rohaninya. Hanya bejana tanah liat yang khusus yang dipakai oleh TUHAN, dalam Yesaya 29:16 dikatakan,
Betapa kamu memutarbalikkan segala sesuatu! Apakah tanah liat dapat dianggap sama seperti tukang periuk, sehingga apa yang dibuat dapat berkata tentang yang membuatnya: "Bukan dia yang membuat aku"; dan apa yang dibentuk berkata tentang yang membentuknya: "Ia tidak tahu apa-apa"? Segalanya mereka putar balikkan. Manakah yang lebih penting, tukang periuk atau tanah liat? Mungkinkah yang dibuat berkata kepada pembuatnya, "Bukan engkau yang membuat aku"? Atau dapatkah benda itu berkata kepadanya, "Engkau tak bisa apa-apa"? (BIS)
Bagian ini menjelaskan, bahwa hanya bejana tanah liat yang tidak melupakan dan melawan pembuatnya yang akan dipakai untuk menyimpan harta rohani itu oleh Allah. Dan Paulus menjelaskan bagian ini dengan memakai frase, “Kami senantiasa membawa kematian Yesus di dalam tubuh kami.” (10)
Membawa kematian Yesus memiliki arti membawa semangat untuk hidup di dalam kehendak TUHAN walaupun harus menghadapi banyak kesukaran, sama seperti Yesus yang hidup di dalam kehendak Bapa sampai di atas kayu salib.
Saat bejana tanah liat (amphorae) dibawa dari Spanyol ke Roma dengan isi yang sangat berharga, tentu mereka tidaklah bisa bebas memilih tempat atau kondisi dimana mereka suka. Untuk menjaga isi yang mahal, maka para pemilik mengatur sedemikian rupa; yang menurutnya itu paling aman dan tidak bisa pecah.
Bisa saja amphorae itu di letakkan dalam sebuah peti dan kanan- kiri serta atas-bawah diberi jerami atau apalah supaya tidak terbentur dan pecah. Situasi itu tentu tidak nyaman. Tetapi ketika amphorae itu memberi dirinya untuk berada pada kehendak sang pemilik, justru dia terjaga dengan baik. Searah dengan itu, Paulus mengatakan sebuah rahasia besar tentang bagaimana seorang Kristen dapat menerima sesuatu yang buruk dalam hidupnya menjadi sesuatu yang baik dan indah.
Roma 8:28
Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.
Kita tahu bahwa Allah mengatur segala hal, sehingga menghasilkan yang baik untuk orang-orang yang mengasihi Dia dan yang dipanggil-Nya sesuai dengan rencana-Nya.
(Bahasa Indonesia Sehari-hari)
Dan kita tahu bahwa segala sesuatu yang terjadi atas diri kita adalah untuk kebaikan kita, jika kita mengasihi Allah dan menyesuaikan diri dengan rencana-rencana-Nya.
(Firman Allah Yang Hidup)
Kunci untuk melihat terhadap apapun yang kita alami dalam hidup kita adalah kalau kita dapat mengasihi TUHAN. Dengan mengasihi TUHAN maka kita akan diberi kemampuan “melihat” bahwa apapun yang kita alami adalah pasti mendatangkan kebaikan. Kata “mengasihi” memakai kata “agape” yang artinya adalah sepenuhnya; bukan separuh atau bukan 99 %.
Matius 22:37
Jawab Yesus kepadanya:“Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu.” Bagian ini menjadi penting untuk menjawab pertanyaan, apakah akan dibiarkan pecah bejana itu oleh pemiliknya, jika didalamnya ada harta rohani yang tersimpa? Bejana itu tidak punya arti apa-apa bagi TUHAN, jika tidak ada harta rohani sebagai isinya; bejana itu akan sama dengan bejana lain di pasar gerabah.
Bejana itu menjadi penting, karena isinya. Maka menjadi jelas bagi kita, mengapa Paulus dapat menghadapi penindasan, penganiayaan, dan kesengsaraan yang lain di dalam hidupnya.
100829_II_Hadi Sugianto Lie
ABBA 33
-
1. Dalam 2Kor. 12:1-10, ada beberapa pertanyaan sebagai berikut:
- Bagaimana tanggapan bapak apabila ada orang yang bersaksi menyatakan
bahwa...
12 years ago