Popular Posts

Seperti Cermin.

II Korintus 3:16-18
Tetapi apabila hati seorang berbalik kepada Tuhan, maka selubung itu diambil dari padanya. Sebab Tuhan adalah Roh; dan dimana ada Roh Allah, disitu ada kemerdekaan. Dan kita semua mencerminkan kemuliaan Tuhan dengan muka yang tidak berselubung. Dan karena kemuliaan itu datangnya dari Tuhan yang adalah Roh, maka kita diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya, dalam kemuliaan yang semakin besar.

Amanat Teks:
Memantulkan kemuliaan Tuhan dengan tanpa selubung apapun, sehingga apa yang dilakukan seorang Kristen menjadi efektif.

Kehidupan orang Kristen yang terselubungi oleh dosa akan membuatnya tidak mampu memantulkan kemuliaan Tuhan.

Dalam buku “Depresi, kegelapan yang sulit ditaklukkan” oleh Edward T. Welch mengatakan, seorang yang sedang depresi memiliki logikanya sendiri: dia tidak bisa membedakan antara dekapan yang penuh kasih, kematian seorang yg sangat dikasihi, dan berita bahwa salah seorang keluarganya baru memiliki anak.

Artinya apa ? Seorang yang sedang depresi memiliki keadaan yang gelap; semua terasa gelap dan mencekam. Jika hatinya begitu gelap, pastilah tidak ada yang bisa dipantulkan dari dirinya kecuali kegelapan itu sendiri.

Depresi mencakup ketiadaan yang menyeluruh : tidak ada respons, tidak ada minat,tidak ada emosi, tidak ada pengaruh. Kalau rasa sakit saat melahirkan dapat ditanggung, tetapi rasa sakit yang hanya menghasilkan kehampaan-kekosongan-kegelapan, maka rasa sakit itu dapat menghancurkan seseorang.

Banyak orang Kristen ingin memuliakan Tuhan pada satu sisi, tetapi dia tidak berdaya dengan keadaan hatinya yang penuh dengan kehampaan-kekosongan-kegelapan, sehingga yang ada cuma menjalani kehidupan yang rutin, tanpa ada antusiasme untuk menjadi seorang Kristen yang menjadi berkat.

Tidak ada respon terhadap panggilan Tuhan yang berkali-kali sudah disampaikan. Tidak ada emosi yang bergelora untuk melakukan sesuatu yang dapat mennyelamatkan orang lain. Tidak ada minat untuk memikirkan, kalau aku diberi kehidupan sampai hari sesungguhnya Tuhan mau apa ya?

Tidak ada minat untuk merenungkan, kalau Tuhan sudah memberkati aku dengan begitu banyak, apa maksudNya? Tidak ada ! Yang dipikirkan cuma bagaimana bisa menjadi lebih besar, menjadi lebih banyak, dan menjadi lebih dikenal orang. Lalu apa yang bisa dipantulkan dari hidupnya? Biasanya hanya kehampaan-kekosongan-kegelapan: mengeluh-marah-sakithati-kecewa-dendam-takut-putus asa. Dan itu benar, ketika saya depresi saya berada pada situasi ini. Yang dipancarkan keluar dari hidup saya hanya: mengeluh, marah, kecewa, bukan sebuah kemuliaan Tuhan !!!

Dalam bagian ini, Paulus ingin membandingkan kemuliaan yang diterima Musa dengan mukanya yang bersinar, dengan kemuliaan yang diberikan oleh Tuhan karena Roh Kudus yang diam dalam hidup seorang Kristen sejati.

Sinar kemuliaan di muka Musa bersifat sementara, sedangkan kemuliaan karena Roh Kudus yang ada dalam hidup orang beriman adalah kekal, walaupun tetap memiliki persoalan. Persoalan itu adalah kadang hidup orang Kristen memancarkan kemuliaan Tuhan, kadang tidak atau bahkan tidak sama sekali. Mengapa bisa begitu ? Karena pasti ada penghalangnya.

Bagian ini ingin mengungkapkan, bahwa antara seorang Kristen dengan Tuhan seharusnya tidak boleh ada sesuatu yang menghalangi. Penghalang itu harus disingkirkan, jika seorang Kristen ingin memancarkan kemuliaan TUHAN. Maka dalam bagian ini, Paulus mencoba menjelaskan, bagaimana sesungguhnya seorang Kristen dapat memancarkan kemuliaan Tuhan ?

Perhatikan ayat 18.
Dan kita semua mencerminkan kemuliaan Tuhan dengan muka yang tidak berselubung. Dan karena kemuliaan itu datangnya dari Tuhan yang adalah Roh, maka kita diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya, dalam kemuliaan yang semakin besar.

All of us ! Nothing between us and God, our faces shining with the brightness of his face. And so we are transfigured much like the Messiah, our lives gradually becoming brighter and more beautiful as God enters our lives and we become like him. (from THE MESSAGE: The Bible in Contemporary Language © 2002 by Eugene H. Peterson. All rights reserved.)

Kata “mencerminkan” atau “katoptrizomai” digambarkan dengan menunjukkan sesuatu melalui cermin atau merefleksikan sesuatu melalui cermin. Kata ini menjelaskan, bahwa hidup yang memuliakan Tuhan atau hidup yang memancarkan kemuliaan Tuhan adalah pada persoalan menjaga kebersihan cermin. Persoalannya bukanlah pada saudara dan saya harus bisa mendapatkan sebuah obyek yang kemudian kita pantulkan lewat cermin. Obyek itu sudah ada, kita hanya diminta memantulkannya agar orang lain bisa melihat.

Tuhan itu sudah ada, jauh sebelum kita ada, bahkan kita ada oleh karena Dia yang mengadakan. Kasih Tuhan itu sudah ada… kemurahan Tuhan itu sudah ada… berkat Tuhan itu sudah ada pengampunan Tuhan itu sudah ada… belas kasihan Tuhan itu sudah ada.

Maka kita hanya diminta untuk merefleksikan – memantulkan -menyalurkan kepada orang lain - anggota keluarga – lingkungan -gereja. Hana adalah seorang wanita yang mengalami banyak kedukaan dalam hidup berumah tangga. Keadaannya yang tidak bisa memberikan seorang anak kepada suaminya (Elkana) membuat ia harus mengalami hinaan dan tekanan yang luar biasa; tidak bisa melahirkan anak pada jaman itu adalah seperti orang yang sedang menjalani hukuman dimata masyarakat.

Ditambah dengan tindakan sang suami, yang mungkin oleh karena alasan ingin punya anak akhirnya mengawini Penina, dan yang ironis, melalui Penina, Elkana mendapatkan anak.

Setelah Penina mendapatkan anak, justru ia menindas Hana hamper setiap hari dengan hinaan dan ejekan. Dalam kondisi yang sangat tertekan, apakah yang muncul dari hidupnya? Apakah ia membalas Penina ? Apakah ia marah dengan suaminya yang tidak sabar utk menunggu anak darinya? Hana membawa hatinya yang penuh duka kepada Tuhan, dia pergi ke rumah Tuhan utk berseru. Saya yakin Hana sudah berdoa jauh sebelum suaminya mengambil Penina sebagai madu agar dikaruniai anak, tetapi Tuhan membiarkan Hana.

Tuhan tidak memberikan anak kepada Hana, sampai akhirnya yang dia takutkan terjadi; Elkana mengawini Penina utk dapatkan anak. Walaupun yang dia takutkan terjadi, dan semakin ia menderita, Hana tidak meninggalkan Tuhan, tetapi ia tetap berseru kepada Tuhan! Bagaimana mungkin, seorang wanita yang begitu tersakiti dan amat sangat menderita dalam pernikahannya tidak melakukan apa-apa kecuali cuma berdoa dan tetap hormat pda suaminya ?

Justru, melalui Hana kita sekarang bisa melihat, bahwa ia adalah salah satu wanita yang diberkati dalam Alkitab. Sebab ia adalah seorang wanita yang kuat, bukan lemah. Seorang wanita yang memegang teguh janjinya kepada Tuhan yang dia buktikan lewat pernikahannya yang sulit, bahkan mengembalikan Samuel kepada Tuhan untuk melayani Tuhan sepenuh waktu. Hana sudah berhasil menjadi seperti cermin! Dan apa yang kemudian Hana peroleh dari Tuhan, karena ia telah menjaga hidupnya seperti cermin yang bersih?

1 Samuel 2:21
Dan TUHAN mengindahkan Hana, sehingga ia mengandung dan melahirkan 3 anak laki-laki dan 2 anak perempun lagi. Sementara itu makin besarlah Samuel yang muda itu dihadapan TUHAN.

Tuhan tidak pernah tanggung-tanggung untuk memberkati orang yang mau menjaga hidupnya seperti cermin yang bersih!

Cermin Hana memiliki obyek yang lengkap, tidak hanya memantulkan kesetiaan dan memenuhi komitmennya, tetapi juga memantulkan berkat yang dia dapat dari TUHAN sebagai hadiah.

Tidak ada kemuliaan tanpa salib! Apa rahasianya, Sehingga Hana dapat mencerminkan kemuliaan Allah?

Pertama:
Berbalik kepada TUHAN
Tetapi apabila hati seorang berbalik kepada Tuhan, maka selubung itu diambil dari padanya. (16) Kata “berbalik” atau Ephistreepho digambarkan dengan keadaan kembali menyembah kepada Tuhan yang benar, menjelaskan tentang sebab kembali yaitu karena kasih dan hati yang mau taat kepada Tuhan atau sebab kembali yaitu karena mencintai kebenaran dan hikmat. Berbalik adalah sebuah bagian dari hidup yang bertobat, berbalik berarti tidak mau meneruskan berjalan pada jalan yang saat itu dilalui dengan alasan tertentu.

Alkitab memang tidak memberikan penjelasan yang gamblang tentang apa yang dilakukan Hana, saat ia sangat berduka karena tekanan yang dia alami. Tetapi dalam 1 Samuel 1:8 diungkapkan karena hatinya yang begitu sedih, Hana sampai pada keadaan tidak mau makan. Frase “tidak mau makan” digambarkan dengan keadaan “menjadi hangus” atau “menjadi jengkel”

Keadaan ini sangat manusiawi, semua kita bisa jengkel, kecewa, atau kheki terhadap seseorang atau keadaan, tetapi yang membuat kita bisa bercermin kepada Hana adalah dia tidak mau meneruskan berjalan pada keadaan hati yang jengkel atau kecewa. Hana memutuskan untuk berbalik, untuk kembali menyembah TUHAN seperti yang dia lakukan ke Bait Allah!

Persoalan yang kita hadapi, tekanan yang kita alami, penderitaan yang harus kita tanggung, kerugian yang harus kita pikul, sakit penyakit yang kita rasakan sesungguhnya tidak akan membuat cermin kita kotor! Yang membuat cermin hidup kita kotor adalah kalau kita memutuskan untuk terus berjalan pada rasa jengkel, marah, pahit hati, dendam, dan putus asa pada saat kita sakit, rugi, disakiti, dihina, ditekan atau saat kita menderita.

Kedua:
Berjalan di jalan yang baru.
Sebab Tuhan adalah Roh; dan dimana ada Roh Allah, disitu ada kemerdekaan. (17) Kata “kemerdekaan” atau “eleutheria” digambarkan sebagai orang yang bebas melakukan sesuatu yang tidak berdasarkan pada apa yang dia senangi, tetapi yang Tuhan senangi.

Ini adalah sisi lain dari sebuah pertobatan; berjalan di jalan yang baru (berbalik adalah sisi yang satu dari 2 sisi mata uang). Tidak bisa disebut bertobat dengan penuh, jika hanya pada satu sisi: bisa berhenti untuk tidak meneruskan kebiasaan lamanya; berhenti mencuri, berhenti berbohong, berhenti memukul karena pertobatan sejati juga harus melihat bagaimana dengan kerinduannya untuk hal-hal yang positif dan benar mis: mentaati kehendak Tuhan dengan tekun beribadah, merespon kehendak Tuhan dengan melayani dll.

Hana tidak hanya memutuskan untuk tidak meneruskan perjalanan hatinya pada kejengkelan atau kekecewaan, tetapi ia berjalan di jalan yang baru; berjalan untuk melakukan yang baik dan benar di saat susah. Hana memberikan dirinya untuk berada dibawah kendali Tuhan, bukan lagi pada rasa jengkelnya, itulah yang membuat ia bisa berdoa lagi dan tidak jengkel ketika imam Eli menyangkanya sebagai orang yang sedang mabuk saat ia berdoa.

Tidak hanya itu, muncul juga kerinduan yang suci untuk mempersembahakan anaknya yang pertama dan mungkin saja satu-satunya kepada Tuhan guna melayani di Bait Allah! Hana menikmati kebebasan hidup dalam Roh Kudus; melakukan apa saja berdasarkan apa yang Tuhan senangi, bukan yang ia senangi!

Ketika Hana, mengijinkan Tuhan bekerja dalam dirinya, maka Roh Kudus membuat cermin hatinya tetap bersih walau masalah tetap ada, tekanan tetap ada, sakit tetap ada, penderitaan belum mau pergi.

Sekali lagi !

Yang membuat cermin hidupmu kotor, bukanlah persoalan, penderitaan, sakit penyakit, kebangkrutan, kerugian, atau tekanan, tetapi yang membuat cermin hatimu kotor adalah jika engkau dan saya memutuskan untuk meneruskan berjalan pada rasa jengkel, kecewa, putus asa, pahit hati, dendam, marah, geram dll.

Yang membuat engkau dan saya tidak bisa bebas berenang dalam kelimpahan berkat Roh Kudus adalah bukan persoalan, penderitaan, sakit penyakit, kebangkrutan, kerugian atau tekanan tetapi karena engkau dan saya memilih untuk meneruskan berjalan pada kepahitan hati, kemarahan, kejengkelan, dendam, kecewa, putus asa.


Hadi S. Lie., Ibadah Minggu Pagi, 5 Desember 2010 GKT Bumi Permai.

GKT News